Siapa dari kita yang tidak pernah diuji? Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menciptakan kita untuk diuji?
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
“Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa yang paling baik amalnya.” (QS Al-Mulk:2)
Allah ciptakan langit dan bumi untuk menguji kita. Allah menjadikan perhiasan untuk menguji kita. Allah menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji kita. Jadi kita memang diciptakan untuk diuji. Maka bagaimana kita menuntut, atau meminta untuk tidak diuji? Ini mustahil. Karena kita sebagai hamba Allah pasti akan diuji. Apalagi orang-orang beriman. Allah ada pesan khusus untuk mereka,
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al-Ankabut: 2-3)
Rasulullah juga pernah bersabda, bahwa semakin tinggi derajat keimanan seseorang, maka semakin berat ujiannya. Jadi demikianlah kehidupan. Terkadang kita melihat ada orang tertawa, terkadang kita melihat ada orang menangis. Mungkin ketika itu mereka sedang diuji. Ada yang menangis ketika menghadapi ujian, ada juga yang tertawa karena mungkin dia telah selesai dari ujiannya. Dan kita seharusnya menjadikan ujian ini menjadi taraf, karena Allah masih sayang kepada kita dan kita tidak dibiarkan. Kita tidak diabaikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jadi jangan pernah mencela ujian yang datang, jangan cela cobaan yang datang. Tapi jadikanlah itu sebagai tanda bahwa Allah masih menyayangi kita
(Pemateri: Ust. Ahmad Cahyadi)