Bayangkan jika kita punya seorang teman, yang apabila kita melihatnya, dia adalah orang yang mengingatkan kita pada kebaikan, dia ingatkan kita pada akhirat. Seorang teman yang apabila kita melakukan kesalahan, dia akan menegur kita. Jika kita memiliki teman seperti ini, maka pertahankanlah. Dalam hadits disebutkan
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- أَن النبيَّ -صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم- قَالَ: «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُر أَحَدُكُم مَنْ يُخَالِل
“Seseorang tergantung pada agama temannya. Maka lihatlah kepada siapa ia berteman.” (HR. Abu Dawud & Tirmidziy)
Terkadang kita justru lebih dekat kepada teman, lebih akrab dengan teman, bukan keluarga. Mungkin karena kita memiliki rasa malu pada keluarga, segan dan lain sebagainya. Namun, bila kita bersama teman, kita terbuka, sharing banyak hal, curhat. Makanya, teman yang baik itu luar biasa, yaitu teman yang bisa ingatkan kita ketika kita salah, suka mengajak kepada kebaikan, kepada ketakwaan. Oleh karenanya, Allah berfirman di dalam Al-Quran
اَلْاَخِلَّاءُ يَوْمَىِٕذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ
“Sahabat / Teman-teman karib pada hari itu -hari kiamat- saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.”
Maka makna pertemanan yang ada sekarang jika tidak dibangun dengan takwa, di hari kiamat nanti akan menjadi musuh. Beruntunglah orang yang punya teman yang didasari cinta karena Allah, bersahabat dan berteman karena ketakwaan, maka Insya Allah nanti di hari kiamat tidak akan menjadi musuh, tapi mereka akan membantu kita. Jadi, jika kita punya teman yang seperti ini, pertahankanlah. Karena kita tahu teman seperti ini untuk saat ini sudah langka
(Pemateri : Ust. Ahmad Cahyadi)